Selasa, 06 Januari 2009

2009 Tahun Indonesia Kreatif

Pemerintah mencanangkan tahun 2009 sebagai Tahun Indonesia Kreatif (TIK), yang sekaligus bertepatan dengan peringatan Hari Ibu yang ke-80 dan Satu Abad Kebangkitan Perempuan Indonesia. Acara pencanangan dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan pemukulan gong 3 dimensi dan peluncuran film animasi Kabayan 3 dimensi di Jakarta Convention Center (JCC), Senin pekan lalu.
Pencanangan TIK ini menunjukkan keseriusan pemerintah untuk mengembangkan ekonomi gelombang keempat yang mempunyai prospek yang cerah terutama di tengah krisis global sekaligus mendorong agar kaum perempuan mengambil peran yang lebih besar dalam mengembangkan industri kreatif di tanah air.

“Salah satu peluang yang sangat potensial untuk kaum pengusaha perempuan adalah sektor industri kreatif. Jenis industri ini memberikan fleksibilitas kerja yang lebih tinggi dibanding cara-cara kerja konvensional, karena pelakunya tidak lagi harus terpaku bekerja di kantor atau pabrik-pabrik, tetapi dapat melakukan pekerjaan mereka dimana pun, termasuk di rumah. Model bekerja seperti ini dapat dimanfaatkan ibu-ibu yang memilih basis kerja di rumah,” kata Menteri Perdagangan (Mendag), Dr Mari Elka Pangestu, usai acara Launching Tahun Indonesia Kreatif 2009 oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan Peringatan Hari Ibu ke-80 itu.

Dari data yang ada, tercatat bahwa sebagian besar industri kreatif yang berkembang di Indonesia masuk katagori Usaha Kecil Menengah (UKM) dan menurut data statistik 60% dari 85,4 juta tenaga kerja di sektor UKM adalah perempuan. Jadi keterlibatan kaum perempuan dalam dunia usaha, khususnya usaha kecil-kecilan, cukup signifikan.

Peran perempuan dalam sektor ekonomi sangat luas dimensinya karena tidak hanya terbatas pada keterlibatan fisik sebagai pelaku usaha, tetapi juga meliputi sisi penting seperti dalam proses pendidikan dan pembentukan insan kreatif dimana para ibulah yang banyak mengarahkan masa depan putra-putri mereka. Jumlah putra-putri kita yang dibawah 14 tahun sejumlah 66 juta atau 30% dari penduduk Indonesia kaum perempuan, juga merupakan penentu pilihan barang yang akan di konsumsi dalam rumah tangga.

“Disamping itu, sikap cinta produk dalam negeri ditumbuhkan dalam keluarga melalui pilihan-pilihan konsumsi yang sebagian besar ditentukan oleh para Ibu. Oleh karena itu perlu ditekankan kepada kaum Ibu agar mengajarkan anak-anak mereka untuk gemar menggunakan produk dalam negeri, mulai dari makanan, pakaian dan keperluan lainnya. Dengan demikian, akan mendorong permintaan terhada produk-produk dalam negeri, termasuk produk-produk industri kreatif dalam negeri, yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia,” tutur Mari Pangestu.

Sektor ekonomi kreatif, menjadi semakin penting karena krisis ekonomi global mengharuskan setiap negara didunia termasuk Indonesia untuk dapat bersaing dan melakukan diversifikasi produk untuk pasar dalam negeri maupun luar negeri. Mari, menambahkan, kondisi tersebut harus dipecahkan dengan mendorong suatu bentuk perekonomian yang lebih berdaya saing, bersumber daya yang terbarukan dan berkesinambungan berbasis kreativitas yang dikenal sebagai ekonomi kreatif dimana ide atau gagasan dapat memberikan kesejahteraan secara ekonomi maupun sosial dan dapat menjadi solusi profesional.

Maka tidak mengherankan, jika pemerintah sejak tiga tahun terakhir selalu mencari peluang untuk memsosialisasikan ekonomi kreatif ini kepada masyarakat sehingga mendorong perkembangan sektor ekonomi yang memiliki potensi yang luar biasa besar ini. Kontribusi sektor ekonomi kreatif terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2002-2006 kontribusi ekonomi kreatif adalah 6,3% dari total nilai PDB nasional. Dari segi penyerapan tenaga kerja, jumlah orang yang bekerja pada sektor ekonomi kreatif sebanyak 5,4 juta dari total jumlah tenaga kerja Indonesia 93,3 juta atau 5,8% dari total tenaga kerja.

Pada masa yang akan datang, diharapkan masyarakat akan lebih memahami industri kreatif sehingga mereka akan membangkitkan minat mereka khususnya generasi muda untuk terjun ke industri kreatif, sehingga tercipta industri basis ekonomi kreatif yang lebih kokoh yang mampu menciptakan barang dan jasa inovatif yang berbasis kreatifitas. Tujuan lain dari program ini adalah terbukanya wawasan seluruh pemangku kepentingan akan kontribusi industri kreatif terhadap ekonomi Indonesia dan terciptanya citra bangsa yang positif.

Mari, juga menekankan, pentingnya pengembangan jejaring antar para pemangku kepentingan ekonomi kreatif dengan lebih mengaktifkan Jaringan Ekonomi Kreatif Indonesia (JEKI)/Indonesian Creative Economy Network yang sudah ada.

“Melalui jejaring ini diharapkan dapat terjadi pertukaran informasi, pengalaman, sehingga akan meningkatkan kapasitas pelaku ekonomi kreatif. Selain itu juga, dapat meningkatkan akses pasar dan tentunya juga peningkatan sinergi berbagai pihak pemangku kepentingan yang terkait khususnya dalam pengembangan ekonomi kreatif,” jelas Mari.

Pencanangan Tahun Indonesia Kreatif (TIK) 2009, salah satu tindak lanjut penting dalam mengimplementasikan Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia sepanjang tahun 2009. Pada tagun 2009, secara lebih luas Pemerintah juga sudah masuk pada tahap implementasi Cetak Biru Ekonomi Kreatif, dimulai dengan program aksi yang terkoordinasi dari masing-masing instansi pemerintah terkait sesuai arahan Presiden.

Turut hadir dalam acara itu, Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono beserta isteri Ani Yudhoyono. Wakil Presien RI, M Jusuf Kalla beserta isteri, Mufidah Jusuf Kalla, pejabat Lembaga Tinggi Negara, Menteri Kabinet Indonesia beserta isteri. Gubernur DKI Jakarta, H Fauzi Bowo beserta Isteri. Para Gubernur beserta isteri. Para pejabat Eselon I dan II dari masing-masing Departemen terkait, para Rektor dari berbagai Perguruan Tinggi terkait. Ibu-Ibu berbagai organisasi baik di Pusat dan Daerah dan para pelaku Ekonomi Kreatif Indonesia. (mur)

Sumber : www.madina-sk.com

Tidak ada komentar: